Ayo Melihat Istana Kerajaan China di Forbidden City



Sisa-sisa kerajaan dinasti Ming dan Qing bisa dilihat langsung ketika kamu mengunjungi forbidden city atau 'kota terlarang' di Beijing, China. Pintu masuk forbidden city menghadap selatan.

Sebab, dulunya disebutkan bahwa sang raja percaya baiknya posisi duduk yaitu di bagian utara menghadap ke selatan. Selain itu, dengan menghadap ke bagian selatan sinar matahari pun mudah didapat.

Setelah memasuki pintu gerbang Forbidden City, ada sebuah bangunan yang terdiri dari lima jembatan. Pemandu dari rombongan Norgen Health, Brian Lau menjelaskan kala itu, jembatan di tengah hanya boleh dilewati raja. Sedangkan jembatan di sisi kiri dan kanan boleh dilewati oleh kerabat kerajaan.





Bagi orang lain yang tidak memiliki hubungan dengan raja harus melewati jembatan lain yang berada di sisi paling pinggir. Sebelum sampai di tempat tinggal raja, ada pintu terakhir menuju sana. Dulunya, jika ada perayaan istimewa raja akan keluar dari pintu tersebut karena seorang raja tidak boleh hanya duduk di kantor tapi harus keluar dan menghadap ke langit serta tanah.

Jangan heran jika kamu menemukan dua patung singa sisi kiri dan kanan pintu. Karena dahulu, dua patung singa itu diyakini sebagai penjaga sang raja.

"Dulunya raja akan melewati pintu tengah dan dua sisi kiri kanannya dilewati permaisuri. Di tiap bangunan, tangga untuk raja dibuat dari giok putih. Di sebelah kiri ada tulisan yang artinya leluhur melindungi kita. Dan di sebelah kanan tulisan yang artinya langit memberi kedudukan bagi raja," kata Lau.






Di sekeliling Forbidden City juga berdiri dengan kokoh sebuah benda semacam kompor yang disebut xiang lu. Xiang lu dulunya berguna untuk membakar dupa saat perayaan. Xiang lu berasal dari kata Xiang yang artinya dupa dan Lu yang artinya kompor. Selain itu, terdapat banyak tungku besar dengan hiasan kepala singa bagian pinggir. Dulunya, itu adalah tungku keamanan untuk menghindari kebakaran. Jika terjadi kebakaran bisa diambil air dari sana untuk memadamkan api.

Selain itu, di dalam Forbidden City juga terdapat ruang ujian bagi rakyat biasa yang ingin masuk ke lingkungan kerajaan. Tes ini dilakukan langsung oleh raja dan sang juara mendapat gelar Chuang. Peraturannya pun amat ketat di mana bagi mereka yang ketahuan menyontek tangannya akan dipotong.

Di depan ruang ujian, terdapat patung singa yang menghadap ke bawah. Mengapa si singa menghadap ke bawah? Ternyata, patung itu menyimbolkan orang luar istana yang tidak bisa mendengar info dari dalam istana.





Selain itu, singa yang menghadap ke bawah juga menyimbolkan permaisuri yang tidak boleh diganggu orang luar. Sementara, ada patung anak singa yang melambangkan bahwa raja memiliki keturunan.

Nah, lantas bagaimana tempat tinggal raja? Layaknya kediaman raja, terdapat tempat tidur di dalamnya. Diungkapkan Lau, raja memiliki 40 ribu permaisuri dan jika ada keperluan maka raja akan memanggil permaisurinya ke tempat tinggalnya.

Karena jumlah permaisuri yang tidak sedikit, kerajaan memiliki istana dalam. Istana dalam merupakan pusat untuk mengatur rumah tangga kerajaan mengingat banyaknya permaisuri. Tiap tahun baru ada perayaan di istana dalam. Tak sekadar menjadi tempat perayaan dan pengaturan rumah tangga saja, istana dalam merupakan tempat dibuatnya stempel raja yang terbuat dari giok.

Di bagian belakang istana terdapat taman yang ditanami berbagai macam pohon dengan tinggi beragam. Di dalamnya terdapat patung anak naga sebagai penjaga taman supaya pohon-pohonnya tidak mudah terbakar. Semua tanaman di taman ini tidak boleh disiram dengan air kotor.

Sekitar beberapa meter memasuki taman, kamu bisa menemukan bangunan seperti rumah yang berguna sebagai tempat raja sembahyang. Bagi raja yang amat religius, ia akan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat ini.





Setelah keluar dari taman, ada gunung palsu yang bisa didaki raja untuk melihat pemandangan sambil minum teh.

Forbidden city buka dari jam 8.30 sampai 16.00 waktu setempat. Untuk masuk ke sana, pengunjung cukup merogoh kocek 40 yuan atau sekitar Rp 80 ribu.

Komentar