Kisah dua anak muda ini patut diacungi jempol. Rico dan Supriyanto, mengangkat wisata sejarah Jakarta yang dikemas dalam konsep walking tour seperti di luar negeri. Turis mancanegara pun terkesima.
"Awalnya, saya bertemu dengan Rico pada pelatihan tour guide beberapa tahun lalu. Dari sana, kita berpikir mengapa tidak buat walking tour di Jakarta seperti di luar negeri," ujar Supriyanto kepada detikTravel, pekan lalu.
Supri dan Rico lantas mendirikan Walk Indies, paket wisata berkonsep walking tour seperti yang ada di Paris, London atau Roma. Supri, begitu panggilan akrabnya pun menemani detikTravel untuk mencoba walking tour dari Walk Indies. Kami berjalan mengelilingi kawasan Chinatown di Glodok dan berkunjung ke kawasan Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral di Jakarta Pusat yang dulunya pusat permintahan kolonial Belanda.
Supri lanjut bercerita soal terbentuknya Walk Indies, operatour tur yang dibangunnya bersama Rico tahun 2014 kemarin. Walk Indies menawarkan perjalanan walking tour dengan beragam tema, seperti A Walk in Batavia yang mengelilingi Kota Tua dan A City Outside The Wall yang mengelilingi kawasan Chinatown di Glodok. Karena namanya walking tour, wisatawan yang ikut harus berjalan kaki dan mampir ke beberapa destinasi.
"Kami memang mengambil konsep sejarah dan budaya. Sambil berjalan, kita menjelaskan kepada turis tiap bangunan, kisah-kisah bersejarah atau fakta-fakta unik yang kita temui dan lewati. Contohnya, tahu nggak kalau Glodok itu awalnya penjara. Atau mengapa namanya Lapangan Banteng, karena memang banyak banteng lho dulu di Jakarta," paparnya.
Pria berusia 23 tahun itu mengaku, cerita-cerita sejarah atau fakta-fakta menarik seperti itulah yang ternyata disukai dan bikin penasaran oleh wisatawan. Tapi ngomong-ngomong, siapa saja sih wisatawan yang sudah ikut Walk Indies ini?
"Kebanyakan turis mancanegara, seperti Australia, Eropa (Spanyol, Belanda dan Italia) serta AS. Turis Filipina juga beberapa kali ada yang ikut. Walau capek jalan, atau susah menyebrang karena banyak kendaraan tapi mereka suka," ungkap Supri.
Ada cerita menarik, kala Supri beberapa kali jadi pemandu turis Belanda. Menurut turis-turisnya, ada perbedaan antara Indonesia yang dijajah Belanda dan bangsa-bangsa di Amerika Latin seperti Brasil yang dijajah Spanyol.
"Enaknya, kita bisa saling tukar cerita. Turis Belanda itu pernah cerita, kalau orang Spanyol ke Amerika Latin itu pasti dibenci karena pernah menjajah mereka. Tapi kalau orang Belanda ke Indonesia, fine-fine saja padahal juga pernah lama menjajah," katanya.
Walk Indies menjual 4 paket perjalanan walking tour di Jakarta. Ada lagi, 2 paket jalan-jalan ke Istana Bogor dan kebun teh serta Taman Safari. Harganya berkisar dari Rp 225 ribu sampai Rp 2,6 juta.
"Pemesanan bisa melalui situs kita. Kami (saya dan Rico) sebagai pemandu pun memegang lisensi resmi tur guide sehingga bukan pemandu asal-asalan. Kami juga menyediakan obat P3K sampai tisu basah. Para peserta tur, bisa juga dapat tas dan kaos dari Walk Indies untuk tur-tur tertentu," papar Supri.
Sampai saat ini, Supri mengaku sudah membawa sekitar 100-an turis. Ide dua anak muda yang menarik, sekaligus membuat turis yang datang ke ibukota mempunyai banyak pilihan aktivitas. Asal tahu saja, Walk Indies pun sudah diakui sebagai salah satu aktivitas tur yang menarik di Jakarta, oleh TripAdvisor selaku situs pencarian traveling internasional.
Sungguh prestasi anak muda yang membanggakan. Bosan ke mal, bisa coba ikut tur Walk Indies nih!
____________________________________________________________________
Cari informasi tour dari Medan ke Singapore, Malaysia, Kuala Lumpur, Malacca, Redang, Ipoh, Langkawi, Thailand, Bangkok, Pattaya, Had Yai, Phuket, Krabi, Hongkong, Shenzhen, Macau, Guangzhou, Zhuhai, Zhang Jia Jie, Guilin, Lipu, Yangzhuo, Beijing, Shanghai, Hangzhou, Suzhou, Wuxi, Nanjing, Taiwan, Taipei, Hualian, Taitung, Kaohsiung, Chiayi, Taichung, Jepang, Tokyo, Kyoto, Sapporo, Narita, Mount Fuji, dan destinasi lain?
Kunjungi www.amwtour.com atau hubungi :
AMW Tour
Jl. Veteran No. 72A/ 126
Telp. 061 4522667
email : info@amwtour.com
"Awalnya, saya bertemu dengan Rico pada pelatihan tour guide beberapa tahun lalu. Dari sana, kita berpikir mengapa tidak buat walking tour di Jakarta seperti di luar negeri," ujar Supriyanto kepada detikTravel, pekan lalu.
Supri dan Rico lantas mendirikan Walk Indies, paket wisata berkonsep walking tour seperti yang ada di Paris, London atau Roma. Supri, begitu panggilan akrabnya pun menemani detikTravel untuk mencoba walking tour dari Walk Indies. Kami berjalan mengelilingi kawasan Chinatown di Glodok dan berkunjung ke kawasan Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral di Jakarta Pusat yang dulunya pusat permintahan kolonial Belanda.
Supri lanjut bercerita soal terbentuknya Walk Indies, operatour tur yang dibangunnya bersama Rico tahun 2014 kemarin. Walk Indies menawarkan perjalanan walking tour dengan beragam tema, seperti A Walk in Batavia yang mengelilingi Kota Tua dan A City Outside The Wall yang mengelilingi kawasan Chinatown di Glodok. Karena namanya walking tour, wisatawan yang ikut harus berjalan kaki dan mampir ke beberapa destinasi.
"Kami memang mengambil konsep sejarah dan budaya. Sambil berjalan, kita menjelaskan kepada turis tiap bangunan, kisah-kisah bersejarah atau fakta-fakta unik yang kita temui dan lewati. Contohnya, tahu nggak kalau Glodok itu awalnya penjara. Atau mengapa namanya Lapangan Banteng, karena memang banyak banteng lho dulu di Jakarta," paparnya.
Pria berusia 23 tahun itu mengaku, cerita-cerita sejarah atau fakta-fakta menarik seperti itulah yang ternyata disukai dan bikin penasaran oleh wisatawan. Tapi ngomong-ngomong, siapa saja sih wisatawan yang sudah ikut Walk Indies ini?
"Kebanyakan turis mancanegara, seperti Australia, Eropa (Spanyol, Belanda dan Italia) serta AS. Turis Filipina juga beberapa kali ada yang ikut. Walau capek jalan, atau susah menyebrang karena banyak kendaraan tapi mereka suka," ungkap Supri.
Ada cerita menarik, kala Supri beberapa kali jadi pemandu turis Belanda. Menurut turis-turisnya, ada perbedaan antara Indonesia yang dijajah Belanda dan bangsa-bangsa di Amerika Latin seperti Brasil yang dijajah Spanyol.
"Enaknya, kita bisa saling tukar cerita. Turis Belanda itu pernah cerita, kalau orang Spanyol ke Amerika Latin itu pasti dibenci karena pernah menjajah mereka. Tapi kalau orang Belanda ke Indonesia, fine-fine saja padahal juga pernah lama menjajah," katanya.
Walk Indies menjual 4 paket perjalanan walking tour di Jakarta. Ada lagi, 2 paket jalan-jalan ke Istana Bogor dan kebun teh serta Taman Safari. Harganya berkisar dari Rp 225 ribu sampai Rp 2,6 juta.
"Pemesanan bisa melalui situs kita. Kami (saya dan Rico) sebagai pemandu pun memegang lisensi resmi tur guide sehingga bukan pemandu asal-asalan. Kami juga menyediakan obat P3K sampai tisu basah. Para peserta tur, bisa juga dapat tas dan kaos dari Walk Indies untuk tur-tur tertentu," papar Supri.
Sampai saat ini, Supri mengaku sudah membawa sekitar 100-an turis. Ide dua anak muda yang menarik, sekaligus membuat turis yang datang ke ibukota mempunyai banyak pilihan aktivitas. Asal tahu saja, Walk Indies pun sudah diakui sebagai salah satu aktivitas tur yang menarik di Jakarta, oleh TripAdvisor selaku situs pencarian traveling internasional.
Sungguh prestasi anak muda yang membanggakan. Bosan ke mal, bisa coba ikut tur Walk Indies nih!
____________________________________________________________________
Cari informasi tour dari Medan ke Singapore, Malaysia, Kuala Lumpur, Malacca, Redang, Ipoh, Langkawi, Thailand, Bangkok, Pattaya, Had Yai, Phuket, Krabi, Hongkong, Shenzhen, Macau, Guangzhou, Zhuhai, Zhang Jia Jie, Guilin, Lipu, Yangzhuo, Beijing, Shanghai, Hangzhou, Suzhou, Wuxi, Nanjing, Taiwan, Taipei, Hualian, Taitung, Kaohsiung, Chiayi, Taichung, Jepang, Tokyo, Kyoto, Sapporo, Narita, Mount Fuji, dan destinasi lain?
Kunjungi www.amwtour.com atau hubungi :
AMW Tour
Jl. Veteran No. 72A/ 126
Telp. 061 4522667
email : info@amwtour.com
Komentar
Posting Komentar